Menko Luhut B.Panjaitan : Wartawan Diminta Bikin Berita Lebih Proporsional Terkait Gunung Agung

Karangasem, Berita Fajar Timur.com- Pos Pengamatan Gunungapi Gunung Agung di Desa Rendang Kec. Rendang Kab. Karangasem dikunjungi Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo, Jumat(22/12). Kunjungan ini berlangsung dalam rangka untuk memantau perkembangan aktivitas terakhir Gunung Agung. Rombongan diterima oleh Kepala PVMBG (Kasbani), Sekda Prov. Bali, Kabid Mitigasi PVMBG Gede Suantika. Dandim 1623/Karangasem Letkol Inf. Benny Rahadian, Kapolres Karangasem AKBP I Wayan Gede Ardana, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Arta Dipa) Sekda Kab. Karangasem Ir. I Gede Adnya Mulyadi, M.Si, Kasubid Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur Devy Kamil Syahbana para pejabat lainnya.

Disini rombongan meninjau mekanisme kerja seismograf dan ruang layanan info Pos Pengamatan Gunungapi Agung serta mendapat penjelasan dari Kepala PVMBG Kasbani terkait kawasan rawan bencana (KRB).

Dilanjutkan melihat foto erupsi G. Agung Tahun 1963 dan Erupsi G. Agung tgl 26 Nop 2017 di pelataran luar gedung pemantauan.

Menko Bidang Kemaritiman menyampaikan antara lain,”
Kedatangannya ke Pos Pengamatan Gunung Agung bersama Menteri Keuangan dan Gubernur BI adalah dalam rangka memastikan perkembangan aktivitas Gunung Agung sebagai bahan laporan yg akan menjadi materi pembahasan dalam rapat terbatas (Ratas) hari ini yang berlanugsung di Werdhapura Sanur pada pukul 19.30 wita.

Menurut Menko, radius yg berbahaya adalah 8 km dan 10 km sektoral. Pada bulan Oktober arah angin pada umumnya bertiup ke timur dan tenggara sehingga kecil kemungkinan mengarah ke Denpasar, walaupun sempat mengarah ke barat dan barat daya pada waktu lalu. Artinya jika annual Meetings IMF World Bank dilaksanakan pd bulan Oktober 2018 Denpasar dan sekitarnya aman dr abu vulkanik,”tegas Luhut B.Panjaitan

Lebih jauh, peluang bahaya menuju Nusa Dua hampir tidak ada, mengingat, jaraknya dari Gunung Agung 73 km dan Bandara aman karena bulan Oktober 2018 apabila terjadi letusan, arah angin mengarah ke timur walaupun ditutup diperkirakan hanya 2 hari saja berdasarkan pengalaman pada 26 Nopember 2017.

d. Kejadian bulan lalu bisa dijadikan kontijensi penanganan bencana. Jadi tidak ada hal yang perlu ditakuti. Konsekuensi letusan Gunung api bisa saja menutup bandara seperti letusan G. Kelud juga menutup Bandara Ngurah Rai namun tidak lama. Semua sudah ada kontinjensinya dan pemerintah sdh siap mengatasinya, seperti bandara di Blimbing Sari Banyuwangi sudah diperbaiki sebagai bandara alternatif, begitu juga bandara Juanda di Surabaya.

Pihaknya sudah menghitung segala kemungkinan terburuk. Letusan Gunung Agung seperti tahun 1963 diperkirakan tidak terjadi karena saat ini energinya telah terus keluar. Sedangkan pada tahun 1963, energi tidak keluar lebih dari 100 tahun sehingga letusan yang terjadi sangat hebat.

Karenanya, terkait sejumlah kegiatan yang telah diagendakan di Bali tidak akan dibatalkan atau dipindahkan. Kedutaan-kedutaan juga sudah diberitahu melalui edaran. Menteri Keuangan juga telah berkomunikasi dengan World Bank dan IMF bahwa kondisi Gunung Agung tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan.

Termasuk pelaksanaan underpass Bandara telah berjalan dan diperkirakan selesai pada Agustus 2018. Jadi dipastikan Annual Meeting IMF World Bank akan tetap diselenggarakan di Bali. Selain itu ground breaking untuk TPS Suwung akan segera dilakukan sehingga polusi bau dapat dihilangkan.

Selanjutnya, bahwa tanggap darurat bencana Gunung Agung akan segera dicabut, karena itu yang menjadi penyebab lahirnya Travel Advisory untuk tidak menyarankan bepergian ke Bali. Akan tetapi pemerintah akan tetap memberikan layanan kepada 70 ribu pengungsi. Seperti apa bentuknya, itu nanti dibahas dalam Ratas.

Diingatkannya, “Status awas akan tetap dilakukan yang meliputi 8 – 10 km dari puncak kawah Gunung Agung. Yang berstatus awas itu gunungnya, bukan Bali,”tegasnya.

Untuk itu, pihaknya meminta kepada wartawan agar dalam pemberitaan terkait Gunung Agung hendaknya lebih proporsional untuk menjadikan geliat pariwisata Bali giat kembali. //tus

 

hut Binsar Panjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo, Jumat(22/12). Kunjungan ini berlangsung dalam rangka untuk memantau perkembangan aktivitas terakhir Gunung Agung. Rombongan diterima oleh Kepala PVMBG (Kasbani), Sekda Prov. Bali, Kabid Mitigasi PVMBG Gede Suantika. Dandim 1623/Karangasem Letkol Inf. Benny Rahadian, Kapolres Karangasem AKBP I Wayan Gede Ardana, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Arta Dipa) Sekda Kab. Karangasem Ir. I Gede Adnya Mulyadi, M.Si, Kasubid Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur Devy Kamil Syahbana para pejabat lainnya.

Disini rombongan Meninjau mekanisme kerja seismograf dan ruang layanan info Pos Pengamatan Gunungapi Agung serta mendapat penjelasan dari Kepala PVMBG (Bpk Kasbani) terkait kawasan rawan bencana (KRB).

Dilanjutkan melihat foto erupsi G. Agung Tahun 1963 dan Erupsi G. Agung tgl 26 Nop 2017 di pelataran luar gedung pemantauan.

Menko Bidang Kemaritiman menyampaikan antara lain,”
Kedatangannya ke Pos Pengamatan Gunung Agung bersama Menteri Keuangan dan Gubernur BI adalah dalam rangka memastikan perkembangan aktivitas Gunung Agung sebagai bahan laporan yg akan menjadi materi pembahasan dalam rapat terbatas (Ratas) hari ini yang berlanugsung di Werdhapura Sanur pada pukul 19.30 wita.

Menurut Menko, radius yg berbahaya adalah 8 km dan 10 km sektoral. Pada bulan Oktober arah angin pada umumnya bertiup ke timur dan tenggara sehingga kecil kemungkinan mengarah ke Denpasar, walaupun sempat mengarah ke barat dan barat daya pada waktu lalu. Artinya jika annual Meetings IMF World Bank dilaksanakan pd bulan Oktober 2018 Denpasar dan sekitarnya aman dr abu vulkanik,”tegas Luhut B.Panjaitan

Lebih jauh, peluang bahaya menuju Nusa Dua hampir tidak ada, mengingat, jaraknya dari Gunung Agung 73 km dan Bandara aman karena bulan Oktober 2018 apabila terjadi letusan, arah angin mengarah ke timur walaupun ditutup diperkirakan hanya 2 hari saja berdasarkan pengalaman pada 26 Nopember 2017.

d. Kejadian bulan lalu bisa dijadikan kontijensi penanganan bencana. Jadi tidak ada hal yang perlu ditakuti. Konsekuensi letusan Gunung api bisa sj menutup bandara seperti letusan G. Kelud jg menutup bandara ngurah rai namun tdk lama. Semua sdh ada kontinjensinya dan pemerintah sdh siap mengatasinya, seperti bandara di blimbing sari Banyuwangi sdh diperbaiki abg bandara alternatif, begitu jg bandara juanda di surabaya.

Pihaknya sudah menghitung segala kemungkinan terburuk. Letusan Gunung Agung seperti tahun 1963 diperkirakan tidak terjadi karena saat ini energinya telah terus keluar. Sedangkan pada tahun 1963, energi tidak keluar lebih dari 100 tahun sehingga letusan yg terjadi sangat hebat.

Karenanya, terkait sejumlah kegiatan yg telah diagendakan di Bali tidak akan dibatalkan atau dipindahkan. Kedutaan-kedutaan juga sudah diberitahu melalui edaran. Menteri Keuangan juga telah berkomunikasi dengan World Bank dan IMF bahwa kondisi Gunung Agung tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan.

Termasuk pelaksanaan underpass Bandara telah berjalan dan diperkirakan selesai pada Agustus 2018. Jadi dipastikan Annual Meeting IMF World Bank akan tetap diselenggarakan di Bali. Selain itu ground breaking untuk TPS Suwung akan segera dilakukan sehingga polusi bau dapat dihilangkan.

Selanjutnya, bahwa tanggap darurat bencana Gunung Agung akan segera dicabut, karena itu yg menjadi penyebab lahirnya Travel Advisory untuk tidak menyarankan bepergian ke Bali. Akan tetapi pemerintah akan tetap memberikan layanan kepada 70 ribu pengungsi. Seperti apa bentuknya, itu nanti dibahas dalam Ratas.

Diingatkannya, “Status awas akan tetap dilakukan yg meliputi 8 – 10 km dari puncak kawah Gunung Agung. Yang berstatus awas itu gunungnya, bukan Bali,”tegasnya.

Untuk itu, pihaknya meminta kepada wartawan agar pemberitaan terkait Gunung Agung agar lebih proporsional. Jangan memberitakan hal yang serem-serem yang menimbulkan persepsi berbeda di luar negeri. Apalagi negara sahabat yang punya potensi mendatangkan warganya untuk berwisata ke Bali.

Adapun Ratas Kabinet di Bali merupakan bagian dari kampanye pemerintah pusat, bagi pemulihan pariwisata Bali pasca erupsi Gunung Agung. Ratas kabinet kerja ini atas permintaan Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang diiyakan oleh Presiden RI Joko Widodo. //tus

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*