OLEH: SAVERINUS SURIANTO. S.I.KOM
Meneropong lebih jauh Partai Gerakan Perubahan Indonesia atau Partai Garuda dari lensa identitasidentitas sesungguhnya untuk menepis berbagai isu miring yang mencoba memotong pergerakan Partai Garuda untuk melebarkan sayap. Partai Garuda “si bayi ajaib” yang baru lahir dan langsung berlari dan mendeklarasikan diri untuk ikut berkompetisi dalam pesta demokrasi 2019
Mungkin masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang partai Garuda. Sebagai pendatang baru, belum banyak yang mengetahui seluk beluk partai yang namanya berasal dari akronim Gerakan Perubahan Indonesia itu. Padahal, Partai Garuda sudah eksis sejak 2015. Nah, mari kita bersama sama mengenal partai pemilik nomor kostum 06 hasil undi KPU RI beberapa waktu lalu di Jakarta sebagai peserta pemilu 2019.
Partai Garuda berdiri pada 16 April 2015 lalu seiring keluarnya surat keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly. Partai ini mendaftar sebagai peserta Pemilu 2019 pada 15 Oktober 2017. Partai Garuda merupakan parpol ke-13 yang mendaftar ke KPU. Jumlah anggota Partai Garuda tercatat sebanyak 693.191 orang dan memiliki 36,36 persen keterwakilan perempuan. Jumlah anggota Partai Garuda terbesar kedua setelah Partai Hanura yang memiliki jumlah anggota 828. 225 orang.
Berdirinya Partai Garuda bukan tanpa alasan. Gagasan mendirikan partai ini berawal dari kegelisahan anak muda yang mencoba melakukan terobosan pemikiran untuk mencoba membantu membangun negeri ini dengan gagasan yang lebih fresh.
Ahmad Ridha Sabana dipercayakan sebagai Ketua Umum untuk menahkodai partai berlambang burung garuda tersebut. Sementara untuk posisi Sekretaris Jenderal dipegang oleh Abdullah Mansyuri. Ahmad Ridha merupakan mantan Presiden Direktur PT Cipta Televisi dan rekannya, Abdullah Mansyuri merupakan Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI).
Kehadiran Partai Garuda awalnya sempat menuai rasa pesimis dikalangan masyarakat karena tidak pernah mendengar berita tentang partai tersebut. Sejak berdirinya partai garuda sampai Pra-penetapan KPU, Partai Garuda luput dari pemberitaan media massa. Hal tersebut sengaja dilakukan sebagai bagian dari strategi yang disebut dengan operasi senyap. Namun, meski partai ini masih tergolong baru, keberadaan Partai Garuda tidak begitu saja berdiri.
Setelah berdirinya partai garuda, para kader partai membuat strategi dengan gesit bergerilya untuk membesarkan partai politik tersebut. Faktanya di sejumlah daerah partai ini begitu diminati masyarakat umum. Seperti di 34 provinsi di Indonesia. Salah satunya di Provinsi Nusa Tenggara Timur begitu banyak kader partai yang didominasi oleh anak muda.
Proses tahapan yang dilalui oleh Partai Garuda mulai dari awal berdirinya hingga berhasil lolos dalam tahapan verifikasi faktual KPU tidaklah mudah. Butuh kerja keras dari semua elemen partai. Seperti yang dijelaskan Sekjen DPP Partai Garuda, Abdula Mansyuri. “tahu persis kader-kader Partai Garuda pergi dari rumah ke rumah, pintu ke pintu, untuk mengambil kepercayaan masyarakat agar mau menjadi anggota. Ini tentu pekerjaan yang tidak mudah,” ujarnya. Sebagian besar kader-kader Partai Garuda berasal dari kalangan yang belum pernah bersentuhan dengan dunia politik. Menurutnya, Partai Garuda merangkul semua kalangan yang mempunyai tekad membangun negeri dengan pemikiran-pemikirannya. “Rata-rata kader kita berasal dari kaum terpinggirkan. Ada pedagang pasar, bahkan ada pedagang kaki lima. Tapi, meski begitu, mereka punya jaringan untuk mengumpulkan beberapa anggota lain,” katanya.
Mansyuri mengakui, membina kader-kader yang bukan dari kalangan politisi, tidaklah mudah. Namun, ia percaya partainya akan mampu bertanding di Pemilu 2019 meski harus bersaing dengan partai-partai yang sudah lebih dulu besar. “Mereka dulu bukan siapa-siapa, tapi nyatanya mereka berhasil meloloskan partai ini di tingkatan masing, sehingga kami sekarang resmi ditetapkan sebagai peserta pemilu. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa. Saya percaya dengan semangat yang sama, kita bisa bertarung di Pemilu 2019,” ujarnya.
Hasil kerja keras dari para kader akhirnya berbuah manis. Buktinya, setiap tahapan dan verifikasi partai, Partai Garuda selalu berjalan mulus tanpa adanya hambatan. Boleh dikatakan, Partai Garuda melalui setiap tahapan penetapan partai di KPU selalu dengan cara bekerja keras dan kekompakan yang solit. Sehingga pada, Sabtu (17/2/2018), KPU RI menetapkan Partai Garuda sebagai salah satu dari 14 partai politik peserta Pemilu 2019.
Menanggapi hal tersebut, Sekjen Partai Garuda, Abdulah Mansyur, mengucapkan terima kasih kepada seluruh DPC dan DPD se-Indonesia karena telah gigih melampaui tahapan demi tahapan yang disyaratan oleh KPU.
“Ini kado terindah buat DPC dan DPD Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Dengan kerendahan hati, kerja keras ini bukan yang mudah. Walaupun sulit, tetapi Alhamdullilah, dinyatakan memenuhi syarat menjadi peserta pemilu,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Keputusan KPU RI yang menetapkan Partai Garuda sebagai peserta pemilu tentu suatu kegembiraan yang harus ditindak lanjuti dengan mempersiapkan diri untuk bersaing dalam kompetisi politik 2019. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu membutuhkan usaha yang semaksimal mungkin untuk memenangkan hati rakyat dengan cara bekerja keras turun ke lapisan masyarakat terbawah.
Isu Miring Terkait Lambang Partai Yang Dipelintir
Lahirnya Partai Garuda menambah deretan organisasi politik di Tanah Air. Banyak kelompok yang merasa takut dan cemas dengan kehadiran Partai Garuda. Sebagai partai baru, keberadaan Partai Garuda dipertanyakan.
Isu-isu tak sedap sengaja dibangun mulai dari kedekatan hubungan Ahmad Ridha dengan keluarga cendana khususnya, Siti Hardiyanti Rukmana. Isu ini dibangun oleh kelompok kelompok yang mengalami perasaan takut yang berlebihan dengan tujuan Partai Garuda tidak diterima atau disenangi oleh masyarakat. Dengan demikian, Partai Garuda sepih peminat.
Kelompok ini pun mempermasalahkan lambang partai berupa Burung Garuda. Mereka berpandangan bahwa partai tersebut merupakan underbow dari Partai Gerindra.
Ketua Umum Partai Garuda, Ahmad Ridha Sabana, merasa sangat dirugikan terhadap dua isu yang dinilai tidak benar tersebut. Padahal Partai Garuda adalah partai baru yang sebagian besar kader adalah anak muda yang berkomitmen berjuang secara politik demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Tudingan adanya keterkaitan Partai Garuda dengan keluarga cendana khususnya Siti Hardiyanti Rukmana atau akrab disapa Mbak Tutut, merupakan isu tidak benar karena hanya berdasarkan asumsi. Ahmad Ridha Sabana memang pernah bekerja sama secara profesional dengan Bu Tutut dan menjabat sebagai Presiden Direktur PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia. Tetapi kerja sama tersebut sudah berakhir dan Ridha Sabana sudah tidak ada hubungan kerja sama lagi dengan beliau.
Ahmad Ridha Sabana juga membantah Partai Garuda merupakan sempalan dari Partai Gerindra. Terkait tudingan ini Partai Garuda menegaskan tidak ada satupun mantan pengurus Partai Gerindra yang saat ini menjadi pengurus Partai Garuda.
Selain itu, lambang Partai Garuda juga tidak mirip dengan lambang Partai Gerindra yaitu kepala burung garuda. Lambang partai adalah siluet burung garuda secara utuh.
Menurut Partai Garuda adalah hal yang wajar kalau Partai Garuda menggunakan lambang burung garuda karena lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila. Menurut pengamatan Partai Garuda banyak partai politik pasca reformasi yang juga menggunakan lambang burung.
Partai Garuda Paling Banyak Di-Googling Netizen Indonesia.
Menariknya, dari 14 partai politik yang lolos, empat di antaranya adalah partai-partai baru, yakni Partai Garuda, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Berkarya, dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo).
Dari keempat partai baru tersebut, Partai Garuda menjadi partai terpopuler dari hasil pencarian Google Trends dalam sepekan terakhir, mulai dari 17 hingga 21 Februari 2018.
Diikuti di belakangnya berturut-turut adalah Partai Berkarya, PSI, dan Perindo yang menduduki posisi terendah dalam daftar popularitas di Google Trends.
Leave a Reply