Gagal Perbaiki Diri Tak Pantas Rayakan Kemenangan “Dharma”

Singaraja, beritafajartimur.com Gubernur Bali Made Mangku Pastika bersama Yayasan Anom Bhakti Bali (ABB) memperhatikan orang tua lanjut usia (lansia) pada penampahan Hari Raya Suci Galungan dan Kuningan yang bertepatan dengan Hari Waisak serta Bulan Ramadhan.
“Momentum perayaan suci ini, waktu yang tepat dijadikan menumbuhkan sikap peduli kepada sesama (Pawongan), selain selalu menjaga hubungan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Prahyangan) dan lingkungan (Palemahan),” kata Pastika di Buleleng, Selasa (29/5).

Hal itu disampaikan usai melaksanakan kunjungan tiga rumah lansia terlantar dan pembagian daging babi, sembari meminta tokoh-tokoh masyarakat melakukan penyisiran kepada lansia-lansia terlantar agar diperhatikan.
“Memang mengurus orang tua tidak mudah, kadang mudah merasa tersinggung tapi perlu kesabaran merawatnya,” ungkapnya.
Kegiatan itu juga sebagai bentuk implementasi makna pelaksanaan Hari Raya Suci Galungan dan Kuningan merayakan kemenangan “Dharma” melawan “Adharma”.

Sesungguhnya penampahan Galungan sebagai simbol pemotongan atau membunuh musuh yang ada dalam diri sendiri.
Selanjutnya baru besoknya merayakan Galungan dengan penuh rasa bhakti yang tulus ikhlas.
“Jangan hanya membunuh babi untuk upcara tapi sifat buruk babi juga dipotong,” tegasnya.
Menurutnya, apabila umat tidak mampu membunuh musuh dalam diri sendiri, sebenarnya tidak pantas merayakan Galungan.

Lebih jauh Gubernur Pastika “Adharma” yang dimaksud adalah enam musuh dalam diri kita sendiri  (Sad Ripu) serta tujuh kegelapan (Sapta Timira).
“Sad Ripu dan Sapta Timira ini lah yang sesungguhnya harus kita perangi. Kita harus bisa mengalahkannya. Itulah sesungguhnya makna kemenangan “dharma” atas adharmaimbuhnya.
Ditambahkan Pastika, perayaan Hari Raya Galungan yang diperingati setiap 210 hari hendaknya diisi dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan  berguna  sesuai yang diajarkan dalam sastra Agama kita. Sehingga rangkaian kegiatan Hari Raya Galungan bisa membawa perubahan dan tidak terlewati begitu saja.

“Kita patut bersyukur bisa merayakan Hari Galungan, untuk itu maknai betul perayaannya. Galungan harus bisa merubah paradigma kita menjadi yang lebih baik sehingga kita layak jadi panutan keluarga dan masyarakat, “tuturnya. (ART)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*