Wabah Corona sebagai Media yang Baik untuk Kembali Mengenal Diri, Lingkungan dan Tuhan

Oleh Jeffry Alang (mahasiswa STFT St Yohanes Pematang Siantar, Sumatera Utara)

Wabah corona yang saat ini tengah melanda merupakan sebuah ancaman yang berarti bagi dunia. Kita dan dunia tidak ada apa-apanya ketika kita berhadapan dengan virus yang mematikan ini. Virus ini seolah-olah sebagai senjata yang menakutkan untuk membunuh siapa saja. Kaya, miskin, penjahat, pekerja, pengemis, ataupun pejabat dan orang penting sekalipun tidak ada apa apanya ketika berhadapan dengan virus ini. Semuanya tertunduk lesu dan tidak berdaya. Keberadaan virus ini juga memancing orang untuk berargumentasi baik bernada sosial yang kolektif demi kesejahteraan bersama maupun nada sindiran yang dengan jelas mengumandangkan ketidaksiapan kita terutama pemerintah dalam meredam virus ini.

Banyak insan manusia mencoba berorasi untuk mencari solusi baik dengan tujuan untuk kepentingan pribadi maupun demi tujuan dan kepentingan bersama. Ada yang setia membantu menegakkan anjuran pemerintah, ada pula yang bersih keras menjadi kontra pemerintah. Semuanya tergambar jelas di tengah adanya ancaman ini. Siapakah yang berani bertanggung jawab dengan masalah ini?.

Upaya meredam derasnya ancaman virus ini telah dilakukan dengan semaksimal mungkin oleh pemerintah. Pemerintah membuat banyak kebijakan-kebijakan sementara, membuat aturan-aturan serentak demi kesetaraan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya demi terhindarnya wabah ini.

Pemerintah juga telah menyediakan fasilitas kesehatan dengan peralatan seadanya dengan tujuan mencoba membantu masyarakat yang terinfeksi virus ini. Namun kinerja pemerintah nampaknya tidak diapresiasi dengan baik. Sebagian masyarakat lebih mengedepankan idealisme yang tinggi, dan mengacuhkan anjuran anjuran moral pemerintah.

Kesempatan ini juga menjadi senjata bagi para lawan pemerintah untuk perlahan-lahan membuat suatu opini atau statement-statement bernada sindiran bahkan nada ejekan yang memprovokasi banyak orang untuk mengatakan bahwa pemerintah tidak siap. Pemerintah sangat lalai. Bagaimana mestinya yang harus dilakukan pemerintah?

Jika kita semua memiliki metode atau cara siapakah yang mesti mendengarkan pemerintah? Kita mesti berbenah diri dan sedikit merasa bersyukur karena program pemerintah yang ada di negara kita tidak sekeras program yang terjadi di negara-negara lain. Pemerintah hanya menganjurkan bahwa kita tidak boleh berkerumun/bergerombol sebab kondisi demikian amatlah berpotensi dalam percepatan penyebaran virus corona ini.

Ketika kita melihat berita dan membaca berita betapa kerasnya aturan-aturan yang terjadi di negara-negara lain, bahkan siapa saja yang tidak taat terhadap pemerintah akan ditembak mati. Sedangkan di negara kita, anjuran pemerintah begitu lunak tapi kita tidak mengindahkannya, bahkan kita tanpa ragu mengatakan pemerintah sebagai pembunuh. Pemerintah melarang kita bekerja agar kita mati perlahan. Sebagai manusia yang punya akal sehat, tugas kita seharusnya mendengarkan, melaksanakan dan mendukung program-program pemerintah.

Mendukung dan melaksanakan program pemerintah tidaklah mesti kontekstual dalam arti bahwa ketika ada masalah seperti ini barulah kita perlahan membuka diri, hati dan perasaan untuk mendengarkan pemerintah. Segala macam program pemerintah mesti kita dengarkan. Kelemahan kita adalah kita cenderung diprovokasi oleh “kaum kaum elit” yang hanya pandai menyusun kata-kata untuk berorasi daripada kerja atau turun langsung menegakkan dan mendukung pemerintah.

Hakikat kita sebagai manusia yang berakal tentu memiliki banyak persepsi yang merangsang kita untuk juga memberikan komentar bahkan mengabaikan banyak hal termasuk ajaran ajaran moral yang ditegakkan pemerintah. Hal ini bukanlah sesuatu yang keliru tapi sesuatu yang baik sebab kita memiliki kelebihan dalam hal itu. Persoalannya bahwa kita lebih mengedepankan anjuran provokasi daripada melihat langsung atau mengkritisi statement provokasi itu dengan mempertimbangkannya dengan baik. Kita lebih lemah untuk mempertimbangkan yang baik dan lebih kuat mendengarkan nada provokasi karena dijamin akan adanya iming-iming berupa uang atau janji-janji perubahan. Maka dengan sendirinya kita diiringi untuk perlahan menjadi kontra pemerintah, bahkan kita bagaikan kerbau dicocok hidung yang ditarik ke mana orang suka.

Wabah Corona ini juga menjadi media yang baik bagi kita untuk mengenal lingkungan sekitar diri dan keluarga serta Tuhan. Di tengah arus kesibukan kita selalu mengabaikan tokoh-tokoh fundamental yang mendorong kita untuk lebih baik. Di tengah arus kesibukan kita banyak melupakan lingkungan sekitar, keluarga, diri dan Tuhan. Kehadiran Corona ini menjadi sarana bagi kita untuk mengatakan bahwa Tuhan itu ada. Orang orang saat ini merindukan kebersamaan, merindukan berdoa bersama, merindukan kebiasaan religius yang hilang akibat corona. Suatu kelebihan yang mesti kita refleksikan.Sejatinya kehadiran corona menyadarkan kita bahwa kita mesti berbenah diri dan kembali untuk melihat bahwa kita tidak bisa berbuat apa-apa ketika kita tidak bersama Tuhan.**

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*