Memanas, Pemilihan Tim Transisi Pena NTT Bali

Beritafajartimur.com (Denpasar)
Masa kepemimpinan Pengurus Perhimpunan Jurnalis Nusa Tenggara Timur (PENA NTT) Bali berakhir pada Sabtu (20/6). Untuk mengisi kekosongan kepengurusan maka dibentuklah tim transisi. Pembentukan tim transasisi difasilitasi tim penasihat PENA NTT Bali yang dikomandoi Umar Ibnu Alkhatab (Kepala Ombudsman Bali) dan Pieter Sahertian (wartawan senior Media Indonesia). Proses pembentukan tim transasisi berlangsung alot dan memanas. Hal ini disebabkan banyak anggota yang mempersoalkan pertanggungjawaban kepengurusan yang lama.

Rapat dipimpin langsung oleh Ketua PENA yang lama Emanuel Dewata Oja dan dipandu langsung oleh Sekretaris PENA NTT Agustinus Apolo Daton. Setelah pemaparan tim pengurus yang lama, seluruh anggota diberi kesempatan untuk melakukan evaluasi. Dinamika berlangsung alot dan memanas. Evaluasi anggota terjadi sekitar kinerja pengurus lama dan bagaimana keberlanjutan PENA NTT ke depannya. “Dalam organisasi ada yang disebut dengan kepemimpinan kharismatik. Pemimpin yang kharismatik biasanya mengambil kebijakan dan membuat keputusan karena figurnya, karena keyakinannya. Namun kepemimpinan dengan gaya kharismatik semakin ditinggalkan karena zaman yang sudah berubah. Dimana banyak anggota memiliki ide dan pemikiran yang maju yang harus diapresiasi. Jadi saatnya dibutuhkan kepemimpinan yang legal formal. Saatnya PENA NTT harus lebih maju dari sekarang,” ujar Umar Ibnu Alkhatab.

Dalam rapat pembentukan tim transisi terpilihlah tiga orang, yakni Benyamin Elan Seran, Emanuel Dewata Oja, dan Erik Seran. Setelah terpilih ketiganya menjalankan roda kepengurusan organisasi yang sebelumnya dipimpin oleh Emanuel Dewata Oja sebagai ketua, Apollo Daton sebagai sekretaris, dan Jo Mangol sebagai bendahara.
Ketiganya dipercaya untuk melakukan dua pekerjaan besar. Pertama, membuat aturan atau tata tertib dalam organisasi. Tujuannya agar pengurus maupun anggota bisa menjalankan tugas sebagai pengurus maupun sebagai anggota untuk mengawas organisasi berdasarkan aturan yang telah disepakati bersama. Kedua, merancang tata cara pemilihan kepengurusan baru periode 2020-2023.

“Seperti lazimnya organisasi tentu ada pergantian pengurus. Tujuannya untuk penyegaran kepengurusan dan juga agar demokrasi berjalan. Tidak terus dipegang oleh satu orang. Entah nanti terpilih kembali yang penting melalui proses demokrasi,” tutur Edo, Ketua Pengurus PENA NTT lama dalam sambutannya. Edo berharap agar ke depan PENA NTT terus tumbuh menjadi sebuah organisasi yang berguna bagi masyarakat banyak. Menurutnya usia tiga tahun dari PENA NTT sudah cukup dijadikan dasar evaluasi sehingga ke depan dapat melakukan langkah-langkah sesuai agenda.

Sementara itu ketua tim transisi terpilih, Benyamin Elan Seran menyambut baik kepercayaan yang diberikan kepadanya dan tim. Pengacara muda asal NTT ini berharap kerja sama dan masukan dari semua anggota agar tatib yang dirancang nantinya dapat diterima dengan baik. “Saya berterima kasih atas kepercayaan dari teman-teman semua memilih kami sebagai perancang tatib ini. Dalam sebuah organisasi aturan atau tata tertib itu sangat penting, karena ini menyangkut banyak hal. Baik secara internal maupun secara eksternal,” tandas pria bersahaja yang akrab disapa Elan ini.

PENA NTT adalah organisasi profesi para jurnalis asal NTT yang bekerja di berbagai media baik lokal, nasional dan bahkan internasional di Bali. Jumlah anggota PENA NTT hingga saat ini lebih dari 40 orang baik yang aktif maupun non aktif namun tetap memberikan atensi kepada PENA NTT. Puluhan jurnalis asal NTT ini sudah terbentuk tiga tahun lalu. Hingga saat ini anggota terus berkembang dan semakin banyak.(BFT/DPS/Arn)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*