Ketua PGRI Provinsi Bali, Tunjangan Profesi Guru sudah Lancar

Beritafajartimur.com (Denpasar-BALI) | Masalah tunjangan Profesi Guru yang selalu dibicarakan dan bahkan persoalan tunjangan Profesi Guru ini terkesan tidak pernah tuntas sehingga timbul paradigma yang kemudian mengarah pada stigma bahwa Pemerintah kurang begitu perhatian terhadap profesi guru.

Menanggapi hal tersebut Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi, Bali, I Komang Arta Saputra, S.Pd.,M.Pd., menyebut,” masalah tunjangan Profesi guru di Provinsi Bali rasanya sudah terakomodir dengan baik. Betul ada keterlambatan, tetapi hitungannya triwulan, bulan ke empat baru dibayar. Sehingga tidak ada kesan pemerintah kurang perhatian,” jelas Ketua PGRI Provinsi Bali I Komang Arta Saputra, S.Pd.,M.Pd., disela-sela acara syukuran HUT PGRI ke-76 dan HGN ke-27 yang berlangsung di Aula ISI Denpasar pada, Jumat (26/11/2021).

“Berkenaan dengan tunjangan Profesi guru, jadi untuk di Provinsi Bali rasanya sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya. Memang ada keterlambatan tetapi kan itu hitungannya triwulan, dimana bulan ke empat baru dibayar. Jadi tidak terlalu lambat lah,” ujarnya.

Lanjutnya, patut disyukuri lantaran sistem penerimaan gaji yang dulu dan sekarang sudah berbeda diharapkan kepada para guru agar bersabar karena semuanya butuh proses.

“Jadi, itu butuh proses beda dengan dulu kan, sampai empat bulan dan lima bulan baru dibayar. Inikan paling hitungannya mingguan saja, kita patut syukuri karena semakin lancar,” tuturnya.

Arta Saputra, pun meminta agar bagi guru yang belum mendapatkan tunjangan Profesi ini untuk segera mengikuti PPG, dan guru harus segera memenuhi standar PPG. Sejauh ini belum bisa dipastikan berapa persen PPG yang sudah terdaftar, karena sifatnya bertambah.

“Tentu yang belum mendapatkan tunjangan Profesi ini, diberikan ruang lebih banyak untuk mengikuti PPG. Guru-guru harus memenuhi dirinya untuk bisa mengisi dirinya sebagai salah satu syarat untuk mendapat PPG. Dan sejauh ini belum bisa mengukur berapa persen yang mengikuti PPG karena sifatnya bertambah terus,” katanya.

Arta Saputra menjelaskan, kondisi tenaga guru saat ini masih kurang, hal tersebut bisa dibuktikan banyaknya tenaga guru yang honorer ini menandakan bahwa posisi kebutuhan guru yang pensiun itu masih banyak, maka PGRI berharap kepada pemerintah agar anggarannya bisa ditambahkan biar bisa mengangkat guru yang sudah mengabdi cukup lama.

“Kondisi guru saat ini kian berkurang karena ada yang masuk masa pensiun, sementara masih banyak guru yang statusnya honorer dan belum diangkat. Ini menandakan bahwa posisi kebutuhan guru itu masih banyak. PGRI berharap kepada pemerintah agar dalam pengangkatan ASN (Aparatur Sipil Negara, red) lebih banyak jatahnya untuk mengangkat Guru sehingga kekurangan tenaga guru saat ini bisa diatasi. Tentunya diprioritaskan mengangkat guru honorer yang sudah lama mengabdi,” harapnya.

Pihaknya mengungkapkan, berkaitan dengan kualitas guru, PGRI sudah sering melakukan komunikasi dengan para guru. Demikian juga PGRI sering melakukan pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.

“Kami sering melakukan sosialisasi, dan memberikan pelatihan untuk peningkatan kualitas para guru,” tutupnya.

Sementara itu, terkait dengan perintah Gubernur Bali Wayan Koster yang memerintahkan dan menugaskan Ketua PGRI Bali untuk melacak keberadaan sekolah yang ada di video yang dikatakan sebagai bukti keterlibatan Guru yang mengumpulkan siswanya dan mengajarkan budaya luar sehingga merusak tatanan budaya Bali, dikatakan Komang Arta Saputra bahwa persoalan tersebut sangat serius sehingga dirinya selaku ketua PGRI secepatnya menelusuri dan meminta sekolah yang bersangkutan untuk tidak mengulangi hal tersebut. “Jika tidak, tentu kita akan mengambil langkah tegas untuk menindaknya. Jangan biarkan muncul hal seperti ini di Bali demi melindungi budaya Bali yang adiluhung. Bali dikenal luas karena adat istiadat dan budayanya. Kalau ini tergerus budaya luar maka selesailah sudah potensi kita, kebanggaan kita. Jadi ini harus kita pertahankan dengan kekuatan kita. Tentunya mulai kita tanamkan dan ajarkan kepada anak-anak kita sebagai generasi penerus budaya Bali. Mereka jangan dirusak melalui ajaran budaya luar yang bukan budaya mereka sendiri,” pungkasnya.
(Dionisius Harum/Editor: Donny Parera)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*