Kisah Dibalik Sukses Adrianus Ahas Raih IPK 3,70

Beritafajartimur.com (Denpasar-BALI) | Kisah sukses Adrianus Ahas, S.Pd., lulus sebagai Alumni terbaik untuk Prodi PPKn Dwijendra University dengan IPK 3,70 patut diacungi jempol. Betapa tidak, karena prestasinya tersebut, pria asal Lidi, Nanga Lanang, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur ini memikat hati Ketua Yayasan Dwijendra, Dr. I Ketut Wirawan, SH M.Hum. Yang mana, secara spontan saat menyampaikan pidatonya di hadapan sidang Terbuka Senat Dwijendra University langsung memanggil nama Adrianus Ahas untuk berdiri sembari meminta Adrianus untuk mengabdi menjadi staf pengajar di SMA Dwijendra dibawah pimpinan Kepala Sekolah Drs. I Made Oka Antara, M.Hum.

Tentu ini kejadian langka dan tidak pernah terlupakan dalam hidup Adrianus Ahas. “Saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah mengerakkan Bapak Ketua Yayasan dan Bapak Rektor yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk menjadi staf pengajar di SMA Dwijendra. Ini anugerah yang terindah dalam hidup hidup saya. Karena itu saya berusaha keras untuk mengabdi dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab supaya tidak mengecewakan Bapak Ketua Yayasan dan Pak Rektor yang telah menempatkan saya menjadi staf pengajar di SMA Dwijendra. Saya berdoa semoga Pak Ketua Yayasan dan Pak Rektor sehat selalu dan diberkati Tuhan,” harap Adrianus.

Ditempatkannya Adrianus yang lahir di Waegrek pada 18 Agustus 1998 sebagai staf pengajar di SMA Dwijendra sejatinya bukan keputusan instan dari seorang Dr. I Ketut Wirawan, S.H.,M.Hum., mengingat sederet rekam jejak Adrianus sejak terdaftar sebagai Mahasiswa di Dwijendra University, Ia kerap menunjukkan diri sebagai salah satu mahasiswa yang aktif di kampus ini. Tercatat, Adrianus pernah memimpin BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa, red) Dwijendra University.

Kado istimewa dari Ketua Yayasan Dwijendra di akhir masa studinya ini meski belum menerima ijasah pada saat itu menjadi hal yang menarik untuk diceritakan. “Meski Adrianus belum terima ijasah tapi saya tanggung jawab dengan keputusan saya,” kata Ketua Yayasan Dwijendra Dr. I Ketut Wirawan, saat dimintai komentarnya oleh media ini terkait keputusannya meminta Adrianus Ahas menjadi staf pengajar di SMA Dwijendra, Jumat (29/10/2021).

Menurut Wirawan,” Saya tidak salah memilih. Karena saya melihat Adrianus telah menunjukkan perilaku yang baik. Pernah menjadi Ketua BEM, jadi ia tahu tentang seluk beluk Organisasi. Dan Dwijendra butuh kader untuk regenerasi kedepan. Jadi intinya kita di Dwijendra tidak memandang dari suku, ras dan golongan mana. Asal memiliki kemampuan ya kita beri kesempatan,” terang Dosen Pasca Sarjana Unud yang jiwa nasionalismenya sangat tinggi dan sangat dekat dengan awak media ini. Dan tentu bukan Ketua Yayasan Dwijendra saja yang terpikat kepada Adrianus, sebab hal yang sama juga menjadi pertimbangan Rektor Dwijendra University, Dr. I Gede Sedana, M.Si.,M.MA. Bahkan keduanya berencana memplot Adrianus untuk menjadi Dosen kedepan. Tentu ujian pertama Adrianus saat ini harus menunjukkan kemampuan terbaiknya selama menjadi staf pengajar di SMA Dwijendra. “Kita beri dia kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya ketika menjadi staf pengajar di SMA Dwijendra. Jika ingin menjadi Dosen tentu ia harus memiliki ijasah S2. Dan Yayasan siap membantu pembiayaan,” papar Rektor.

Tentang Adrianus Ahas

Dibalik sukses Adrianus Ahas yang berhasil menyelesaikan pendidikan S1 dengan gemilang terlecut dan dipicu oleh masa kecil yang pahit bersama ibunda tercinta. Sebab musababnya tiada lain sejak berusia 2 tahun Adrianus kecil ditinggal ayahandanya yang merantau ke Malaysia dan hingga kini tidak ada kabar berita dari sang ayah.

Tanggung jawab membesarkan Adrianus pun dibebankan kepada sang Ibu, Bernadeta Nujut untuk membesarkan dan memelihara ketiga buah hatinya yakni Adrianus Ahas dan kedua kakaknya yang perempuan, Olin dan Rice.

“Pahit memang masa kecil saya tapi itu lah yang melecut keinginan saya untuk bisa membahagiakan mama saya. Sekarang ini dia satu-satunya orang tua saya. Dan saya tidak tahu apakah bapa saya masih hidup atau sudah tidak ada karena tidak ada seorangpun yang memberi kabar tentang bapa saya di Malaysia,” cerita Adrianus Ahas yang nampak menahan air mata saat menuturkan kisah hidupnya kepada media ini.

Kisah hidup Adrianus Ahas patut ditiru karena dari sekian banyak kasus broken home lebih banyak yang hancur-hancuran anak-anaknya dibanding berhasil. Semoga ia terus merengkuh keberhasilan demi keberhasilan di masa mendatang. (Donny Parera)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*